Kekagumanku pada
Al-qur’an sudah ada sejak di sekolah tingkat dasar, tepatnya saat mendapat
tugas Ramadhan, untuk mengisi buku panduan Ramadhan, kemudian meminta tanda
tangan imam sholat. Tertulis juga pada salah satu kolom untuk memberi tanda
hafalan surat. Hafalan? Saat itu aku hanya bilang pada diriku, aaahh!…tidak
mungkin. Tapi lama-lama aku mulai penasaran, bagaimana caranya seorang imam
bisa hafal surat yang ada dalam juz 30?? Jujur saja, di sekolah diniyah yang
aku ikuti kala itu, tidak ada pelajaran tentang menghafal, tetapi hanya
membaca, menulis dan memahami kitab kuning. Kalaupun menghafal, ya semampunya
seperti surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.
Aku mencoba berulang
kali menghafal, tapi kenapa begitu sulit, sama halnya dengan menulis, semakin
penasaran dengan bapakku, beliau guru agama tingkat SD bisa menulis arab tanpa
harus melihat Mushaf. Aneh, pikirku. Aku berlatih dan dilatih oleh bapak tetap
tidak bisa. Memang daya tangkapku yang payah atau cara pengajaran yang salah?*Ups, bukan bermaksud mengkritisi bapakku
lho! Hehehe…
Memulai
langkah awal
Semangat untuk bisa
membaca, menulis, menghafal dan memahami Al-Qur’an terus berkobar hingga aku
duduk di bangku SMP. Gayung pun bersambut, bapak ‘memaksaku’ melanjutkan
jenjang SMA ke pesantren di Ponorogo. Yang jelas, kalau ingin memahami
Al-Qur’an dan Bahasa Arab adanya yaa…
mencari ilmu di sana. Setiap pilihan, selalu ada suka dan duka. Duka saat
berjauhan dengan keluarga dan suka saat berkumpul dengan teman-teman
seperjuangan yang kebetulan dari berbagai kota.
Sungguh perjuangan
panjang, mengenal bahasa Arab yang belum pernah aku pelajari, bayangkan saja, aku
lulus tingkat SMP bukan Mts. Selama satu tahun disana, kami yang lulusan SMP masuk
kelas eksperiment karena kami harus
melewati masa percobaan dengan pelajaran bahasa Arab dasar dan dalam berkomunikasi
antar teman dan para guru selama tiga tahun ke depan, wajib berbicara bahasa
Arab dan Inggris. Masya Allah…luar biasa pusingnya, setiap hari
berkutat dengan 3H, apa itu? Hafalan, Hafalan dan Hafalan.
Hingga suatu ketika,
aku hampir putus asa, kala itu aku telepon ke orang tua
“Bapak, aku nggak kuat
belajar di sini, aku ingin pulang!?!?” Kataku dengan suara serak
“Kenapa, Nak? Sabarlah,
tunggulah satu tahun” Jawab Bapak menghibur
Aku benar-benar
berusaha menemukan chemistry cara
belajar bahasa Arab yang cepat dan mudah. Yang kulakukan saat itu adalah:
1. Memperbanyak
membaca Al-Qur’an, memahami makna, melakukan riset kecil dengan membedah nahwu-sorof dalam kalam Allah tersebut,
kurang lebih seperti grammar, jadi
intinya apa yang aku pelajari di sekolah aku terapkan ketika membaca Al-Qur’an.
2. Membawa
kamus kecil bahasa Arab dan buku kosa kata kecil yang pas ditaruh saku
kemanapun aku pergi, terutama saat menanti antrian panjang.
3. Tidak
malu untuk bertanya dan optimis bahwa aku bisa
Seiring
waktu berjalan, selama satu tahun aku mulai menikmati bacaan Al-Qur’an meski
harus kuakui, ilmu dalam mempelajari Al-Qur’an sangat banyak, bukan hanya makhorijul huruf dan tajwid, tapi masih banyak lagi, apalagi
metode pengajaran di pesantrenku saat itu, bukanlah fokus pada Al-Qur’an saja
tapi ilmu-ilmu umum seperti matematika, geografi, sejarah, biologi dan
lain-lain juga harus dikuasai. Mampukah? InsyaAllah, selagi ada kemauan untuk
belajar tak kenal lelah, ‘cahaya’ akan senantiasa hadir saat menuntut ilmu.
![]() | ||
Al-Qur'an yang terjemahannya B.Arab, sebagai media pembelajaran |
“Sebaik-baik kalian
adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya
kepada orang lain”.(Bukhari no : 4739).
Allah SWT sudah menjamin bahwa
Al-Qur’an tidak akan pernah hilang ditelan masa, sekalipun semua Al-Qur’an
hangus terbakar, Al-Quran akan terus ada, karena banyak sekali umat islam yang
mempelajari dan menghafal Al-Qur’an. Maka dari itulah, aku berfikir kepada aku
tidak menjadi bagian dari mereka, meskipun ilmuku masih begitu dangkal.
Masih di pesantren,
Aku dan teman-teman harus mengikuti
pelatihan TPA/TPQ dengan metode ‘Iqro. Saat itu, aku pertama kali mengikuti
pelatihan ini, senang dan bangga tentunya, harapan besar untuk bisa mengajarkan
kepada anak didikku kelak. Namun ternyata, satu tahun kemudian lulus dari
pesantren, tumpukan buku pelatihan masih tersusun rapi di rak buku kamarku, sebuah
sertifikat yang tertulis jelas, lulus dengan nilai “A” terlihat kusam di rak
yang paling depan. Aku, masih menikmati sebuah masa yang indah bagi anak muda
di jenjang pendidikannya, yakni kuliah, dengan seambrek jadwal yang padat, aku
masih belum bisa mengajarkan apa yang sudah aku pelajari dalam Al-Qur’an.
Miris…..
Ditengah longgarnya waktu kuliah aku
membagi waktu, mengajar adik-adik kecil di sebuah mushola yang tidak jauh dari
tempat kostku, namun hanya tiga bulan saja, karena saat itu aku harus keluar
masuk kampus untuk menyelesaikan tugas-tugas.
![]() | |||||||||
Dulu, metode Iqro' yang dipakai |
“Eh, kamu mau ikut ngaji nggak?” ajak
temanku Ifa
“Kemana?”
“Ke Neng Isma, itu lho seorang Hafidzah yang bacaannya baguuus banget?” bujuknya
“Waaah…Oke, aku ikut ya!”
Itulah aku, selalu semangat untuk
mencari ilmu baru, meski kadang kala aku malu belum bisa mengajarkan ke orang
lain.
Ternyata…oh…ternyata, di sana aku
benar-benar seperti anak TK, kembali ke mata pelajaran makhorijul huruf yang harus mengulang dan mengulang, tidak boleh
hafalan sebelum bacaan bagus, begitu peraturannya. Dengan metode pengajaran
yang tegas dan keras, aku benar-benar dituntut untuk bisa. Subhanallah, begitu agungnya Al-Qur’an sehingga didalamnya terdapat
ilmu yang begitu luas dan dalam? Apa yang kupelajari di pesantren belum lah
cukup.
Dua tahun aku belajar ke Neng Isma,
seorang Hafidhah yang luar biasa. Karena
tidak mudah bagiku mengatur jadwal kuliah, mendekati semester akhir. Waktu
berlalu….
Menjadi
guru, kenapa aku harus belajar lagi?
SDIT BINA INSANI, sekolah swasta yang
ada di kota Kediri, tengah membutuhkan tenaga pengajar, aku bergabung di sana. Karena
latar belakang sekolah Islam Terpadu, maka ada mata pelajaran Al-Qur’an dan
masuk kurikulum siswa yang harus ditempuh. Disana, tidak boleh sembarang guru harus mengajar Al-Qur’an, terlebih di sekolah ini menggunakan metode baru
yakni metode UMMI, sebuah metode yang sudah tersistem mulai dari cara belajar,
modul, cara mengajar dan komunitas UMMI telah terpantau di tiap daerah. Gunanya
adalah dengan ‘menjaga’ kemampuan seorang guru dalam memahami Al-Qur’an mulai
dari Makhorijul Huruf, Tajwid, Gharib dan lain-lain. Maka tidak jarang, ada guru yang tidak lolos
tes UMMI, tidak boleh mengajar Al-Qur’an.
Disinilah, aku kembali belajar
Al-Qur’an dengan metode yang berbeda. Mengikuti training selama empat bulan,
ikut tes UMMI, kemudian aku lolos sertifikasi dan bisa mengajar Al-Qur’an
kepada siswa SD. Begitu mudahkah? TIDAK!?! Banyak guru yang gugur di tengah
jalan karena belum lulus tes UMMI dan tidak boleh mengajar Al-Qur’an. Alhamdulillah,
atas izin Allah SWT aku bisa mengajarkan Al-Qur’an dengan metode UMMI.
Menjadi
ibu, aku harus belajar lagi
Selama satu
tahun aku bekerja, selama itu pula aku telah mengajarkan Al-Qur'an ke anak didik. Namun, kini aku harus di rumah karena memiliki dua anak yang masih
bayi dan balita, sudah mulai kuperkenalkan Al-Qur’an dengan belajar
menggunakan metode UMMI.
Hingga, aku berjumpa dengan seorang
Ustadzah yang lulusan Al-Azhar, Kairo. Tempat tinggalnya tidak jauh dari rumahku.
Aku diajak rembug untuk meramaikan masjid dan membentuk suatu komunitas ibu-ibu
kecamatan untuk ngaji bareng, dengan tujuan mengenalkan mereka pada ilmu
Al-Qur’an yang lebih dalam lagi.
“Sebelum agenda ngaji bareng di launching, teman-teman yang ada di sini
ngaji dengan saya dulu, dan nantinya akan menjadi tangan panjang saya” ujar
Ustadzah Fara
Subhanallah….saya
harus belajar lagi, batinku nyeletuk
Aku lalui masa
itu dengan gembira, terkadang rasa 'jenuh' tak jarang hinggap tiba-tiba, apalagi bingung (karena ilmunya banyak versi. hehe) ada beberapa hal yang aku pelajari selama ini –keliru- kata Ustadzah Fara,
yaaah… aku kembali seperti anak TK untuk yang kesekian kalinya dalam hal belajar Al-Qur’an. Karena harus memulai dari Makhorijul Huruf, Tajwid, Gharib dan lain-lain. Sampai sekarang, aku masih belajar dengan Ustadzah Fara, seminggu dua kali. Sesekali kudapati pelajaran yang belum pernah aku ketahui sebelumnya seperti Riwayat para Qori’, Sifat huruf, dan Tafsir ayat Al-Qur’an.
yaaah… aku kembali seperti anak TK untuk yang kesekian kalinya dalam hal belajar Al-Qur’an. Karena harus memulai dari Makhorijul Huruf, Tajwid, Gharib dan lain-lain. Sampai sekarang, aku masih belajar dengan Ustadzah Fara, seminggu dua kali. Sesekali kudapati pelajaran yang belum pernah aku ketahui sebelumnya seperti Riwayat para Qori’, Sifat huruf, dan Tafsir ayat Al-Qur’an.
Terima kasih Allah, atas kesempatan
yang Engkau berikan. Bagiku, dalam perjalanan menuntut ilmu akan selalu ada hal
baru dan hikmah yang bisa kupetik sehingga ringan untuk menghafal Al-Qur’an
Insya Allah. Jadi,
jangan pernah puas dengan ilmu yang kita miliki, belajarlah hingga akhir hayat,
karena sebenarnya manusia itu lemah, namun dengan ilmu dan mengajarkannya ke
orang lain kita akan kuat. Semoga menginspirasi…..
Subhanallah... sebuah perjalanan hidup yang luar biasa mbak... Selalu dekat dengan Alqur'an. Ilmu Alqur'an memang tidak ada khatamnya. Kita baru bisa dikatakan khatam mempelajari Alqur'an manakala kemtian datang.
BalasHapusSmg sukses ya mbak dengan GAnya.
oh ya mbak Nurul... ikut partisipasi juga ya dalam Lovely Little Garden's First Give Away...
Hapushttp://niken-bundalahfy.blogspot.com/2012/09/lovely-little-garden-first-give-away.html
Terima kasih mbak, semangat mencari ilmu juga buat mb Niken.....insya Allah ikut, semoga bisa ^^
HapusTerima kasih mbak, semangat mencari ilmu juga buat mb Niken.....insya Allah ikut, semoga bisa ^^
Hapussubhanallah..
BalasHapuskl sy lebih terpacu lagi membaca al qur'an baru2 aja mbak. Sejak anak sy masuk SD islam. Krn mereka kan di tuntut utk hapal juz 30 termasuk artinya.. Jd sbg org tua mau gak mau sy harus belajar..
nggak ada kata terlambat mb Ke2nai, intinya di semangat menuntut ilmu, kemudian perhatikan apa yang akan terjadi....*hehe, nyontek kata2 pak mario
HapusSubhanallah, tulisannya mencerahkan. Terima kasih, Bunda, sudah berbagi. DItunggu pengumumannya ya :)
BalasHapusSubhanallah sungguh indah perjalan hidup mu mbak, selalu dekat dengan Alquran. bahagia rasanya punya anak2 yang saleh seperti anak2 mbak. semoga bahagia selalu
BalasHapusTahun 2103 Metode Ummi baru dikenalkan dibeberapa sekolah terpadu di Makassar. Saya termasuk yang paling kecewa, karena gagal mengajar al-Qur'an. apa sebeb? ternyata harus lulus sertifikasi Ummi :'( hiks
BalasHapusMampir yuk => http://aidamaruf.blogspot.com
Menginspirasi
BalasHapusSaya lulusan sd negri dan smp negeri sekarang kelas 1sma,tadi saya disuruh baca Alquran sama guru saya membaca saya belum lancar sekali terkesan tidak bisa lalu guru saya menyarankan ke eskul BTA disana beliau yang mengampu,hampir 99 persen teman saya bisa lancar membaca tinggal saya dan salah satu teman saya,saya malu dan dihari ini juga aku memperdalam lagi dengan kakak saya tapi dia sedang sibuk jadi tidak bisa ortu saya sedang ada rapat di dinas semua,di rumah saya nangis nggak bisa bisa, kenapa aku dulu gak masuk pondok saja biar makin tau banyak ilmu Kalam,jujur malu ketika temen temen pada bisa dan saya tidak bisa,saran nya bagaimana ya?,tapi insyaallah ibu saya akan saya bilang i kalau saya ingin les privat dirumah iqro lagi :'(
Menginspirasi
BalasHapusSaya lulusan sd negri dan smp negeri sekarang kelas 1sma,tadi saya disuruh baca Alquran sama guru saya membaca saya belum lancar sekali terkesan tidak bisa lalu guru saya menyarankan ke eskul BTA disana beliau yang mengampu,hampir 99 persen teman saya bisa lancar membaca tinggal saya dan salah satu teman saya,saya malu dan dihari ini juga aku memperdalam lagi dengan kakak saya tapi dia sedang sibuk jadi tidak bisa ortu saya sedang ada rapat di dinas semua,di rumah saya nangis nggak bisa bisa, kenapa aku dulu gak masuk pondok saja biar makin tau banyak ilmu Kalam,jujur malu ketika temen temen pada bisa dan saya tidak bisa,saran nya bagaimana ya?,tapi insyaallah ibu saya akan saya bilang i kalau saya ingin les privat dirumah iqro lagi :'(
Mbak beli buku metode ummi dmn ya?saya mau beli yang pra buat anak saya.
BalasHapus