Buku yang selama ini saya cari
kini telah ada di tangan. Buku yang membeberkan trik-trik menulis dengan cara
sederhana dan apa adanya. Kenapa apa adanya? Deretan kalimat dalam buku
tersebut mampu saya fahami dengan baik kemudian mempraktekkan ‘apa yang penulis
perintahkan’ dengan bebas.
Awalnya, saya selalu penasaran
dengan penulis yang satu ini, namanya kerap muncul pada kolom-kolom Koran
nasional, entah itu berupa artikel, cerpen, resensi bahkan juga novel. Tema
yang ia angkat selalu HOT, tulisannya enak dibaca dan santun. Tak ada bahasa
alay sedikitpun. Dalam tulisan ini, mungkin kamu sering mampir ke blog ini,
akan merasakan ‘suasana’ yang berbeda. Ya, saya sedang belajar menulis seperti
beliau, A. S LAKSANA.
Satu hal yang saya tangkap dari
trik beliau adalah menulis buruk dan menulis cepat. Mengawali tulisan meski itu
buruk dan itu harus! Karena jika kita hanya ingin menghasilkan tulisan baik
memulai saja pasti akan terbebani kata ‘baik’ di kepala, kejadian seperti ini saya
rasakan betul, ketika saya hanya melototi layar laptop lama sekali. Waktu saya
habis. Jika menulis buruk harus dilakukan selanjutnya adalah menulis cepat,
menulis seperti kamu bicara ceplas-ceplos dengan lawan bicara. Biarkan tangan
dan otak bekerja kompak. Tanpa tersendat dengan kata, “sepertinya tulisanku ini
salah?”
Lantas, kenapa harus cepat? Bukankah
itu akan memperburuk hasil tulisan? Tidak!
Justru dengan menulis cepat waktu
yang kita alokasikan untuk mengedit sangat banyak. Dan, tentu ini akan
menghasilkan tulisan yang ‘sreg’ di hati tanpa harus menggunakan waktu yang
sama untuk mengetik dan mengedit. Di sisi lain, menulis sangat bermanfaat untuk
efektivitas waktu. Hai kawan, waktu kita tak banyak, segeralah menulis
sekalipun itu buruk sekali, cepatkanlah jemarimu seiring berirama dengan
pikiran yang melaju ingin segera kau tuang dalam tulisan.
Awali tulisan buruk dengan waktu cepat itu lebih baik ketimbang harus
berfikir, “Ehm…hm…hm…”. Menatap layar laptop atau PC lama sekali.