Semangat Pagi, sobat Bee-Blog, lagi-lagi nggak terasa awal bulan di awal tahun 2014 sudah memasuki pertengahan. Ini awal postingan saya di tahun baru. Tahun yang diyakini banyak orang sebagai permulaan menorehkan sejarah hidup di lembaran yang lebih apik dengan resolusi yang sudah dirancang sedemikian rupa.
Di tahun 2014 ini pula, saya rada nggak percaya bisa nembusin media. sejak dua tahun lalu, saya coba mengirimkan artikel ke beberapa media. hasilnya, nihil. Namun, Januari 2014, majalah muslimah UMMI 'bersedia' memajang tulisan beserta foto saya di rubrik nuansa wanita. Alhamdulillaaaaaah *saat nerima telpon dari redaksi, saya langsung sujud syukur, nggak percaya, kayak mimpi ......---pake cubit pipi sendiri loh
Di tahun 2014 ini pula, saya rada nggak percaya bisa nembusin media. sejak dua tahun lalu, saya coba mengirimkan artikel ke beberapa media. hasilnya, nihil. Namun, Januari 2014, majalah muslimah UMMI 'bersedia' memajang tulisan beserta foto saya di rubrik nuansa wanita. Alhamdulillaaaaaah *saat nerima telpon dari redaksi, saya langsung sujud syukur, nggak percaya, kayak mimpi ......---pake cubit pipi sendiri loh
Bagi yang belum sempet membaca, ini dia tulisannya, tarrrraaaaaa.....(Judul tetap, isinya hanya beberapa kalimat yang diedit
Galau karena SocMed
Ditengah kesibukan kami bekerja,
saya dan suami tetap menyempatkan waktu untuk ngobrol. Entah itu direncanakan
dengan keluar jalan-jalan atau sembari melakukan aktivitas lain. Keingintahuan
saya atau suami tentang aktivitas masing-masing memancing komunikasi kami
berdua.
“Wuih, Dek…sekarang Reno sudah ke
New Zealand, lho!” Kata suami, jari telunjuknya sibuk menyentuh layar HP
Android
Rupanya suami lagi asyik chatting dengan teman kuliah dulu. Sejak
memiliki HP android, suami memang sering menceritakan kabar terkini para sohib
lamanya. Fasilitas whatsapp jadi
pilihan favorit untuk mengikuti perkembangan berita teman lamanya. Reno,
mungkin satu diantara teman suami yang bernasib baik. Istrinya seorang dokter,
tiap kali update status pasti mengundang
decak kagum. Semisal, Zew Zealand I’m
Coming, di pesawat ternyata nggak boleh foto-foto, atau serunya liburan ke
Gunung Bromo.
Entah kenapa, tiba-tiba mata saya
merembes ketika mendengar cerita ‘wah’ dari teman lama suami.
“Maafkan
aku, ya Mas. Aku belum bisa mandiri, jika aku sudah punya penghasilan tetap,
aku pasti akan mengizinkanmu berpetualang seperti Reno” bisik saya dalam
hati
Sebagai ibu rumah tangga, terkadang
saya merasa rendah diri. Meski, sebenarnya suami tidak pernah menuntut saya
bekerja di luar rumah. Suami lebih senang jika saya di rumah mengasuh anak dan menyibukkan
diri di depan laptop.
Semakin sering baca status di facebook, twitter, instagram saya merasa
semakin galau. Menjalani hari tanpa syukur, menggerutu, kenapa begini, kenapa
saya nggak seberuntung dia.
Suatu hari, saya membaca time line di akun kicauan twitter teman lama saya, Aisya tengah
melanjutkan S3 di Bandung. Saya pun membatin, “Ya Allah, jika suamiku orang kaya pasti dia bisa membiayai kuliahku,
aku ingin kuliah lagi…..”.
Entahlah, berapa ratus kata
pengandaian sering saya lafalkan usai membaca status teman-teman? Lagi-lagi
saya dibuat galau.
Lama-lama saya tidak tahan dengan kondisi hati yang
kerap labil gara-gara baca status di SocMed.
Akhirnya, saya mencoba membicarakan
hal ini dengan suami. Meski terkesan sepele, bagi saya komunikasi adalah cara
terbaik untuk mencurahkan kondisi hati supaya tidak memperkeruh pikiran.
“Mas, merasa aneh nggak kalau selesai baca status
temen lamamu? Tanya saya saat ngobrol sebelum tidur. Suami tampak bingung,
“maksudmu?”
“Andai aku seorang dokter, hidupmu
enak ya mas. Engkau bisa seperti Reno meski kerjaannya serabutan, tetep bisa
jalan-jalan” saya mulai terisak
“Oh, itu tho?” dengan santainya
suami menjawab,
Tiba-tiba ia diam sejenak kemudian
berkata “kalau aku yang jadi dokter, pasti hidupmu juga enak dek ya, nggak
perlu nyuci baju, masak, dan mengasuh anak-anak. Kan, dari gaji dokter, kita
bisa menggunakan jasa ART? Kamu bisa kuliah lagi, seperti Aisya teman lamamu
itu.
Kami terdiam, menatap langit-langit
rumah yang tampak bulan separoh dari genteng kaca. saya menggemgam erat telapak
tangan suami, “maafkan, aku mas!”
Suami juga meminta maaf. Loh, kok
jadi speechless begini hanya karena
status SocMed? Kami berdua saling
pandang, tersenyum kemudian mengucap Astagfirullah
bersamaan. Galau, mungkin yang kami berdua rasakan. Galau akan kehidupan
padahal selama lima tahun menjalani rumah tangga, tidak sedikit pun kami
berandai-andai, kami menjalani hari dengan penuh semangat, menapaki tangga
impian keluarga. Setahun belakang, seiring alat komunikasi semakin canggih,
pertemuan kami dengan kawan lama di dunia maya jadi pemicu ‘kagalauan’ dalam
rumah tangga.
Dari obrolan ini, kami membuat
kesepakatan untuk tidak menceritakan hal-hal yang memancing ‘kecemburuan’. Akhirnya, kami berusaha memaksimalkan banyak akun
Social Media untuk memasarkan produk usaha kami, belajar hal-hal baru, dan
pastinya menjalin silaturahim. Galau, bisa kami tepis dengan obrolan positif
bukan dengan kabar terkini status
teman-teman di Social Media.
Semoga bermanfaat ya ^^
Lebih tepat lagi kalau sosmed itu memotivasi, ini lhooo aq bisa gini caranya gini, wah ...dijamin no.galau ;)
BalasHapusBahaya juga tuh miss, dikirain kita-kita pamer. Iiiiih....*pernah denger sih
HapusDulu aku paling suka membaca rubrik 'Dunia Wanita' Majalah Ummi.
BalasHapusmau coba kirim aaaah
TFS ya mak ;)
Suka dulu, pelajari tulisannya, kirim deh
HapusSelamat mbk...tembus juga.alhdulilahhh.....sya kpn ya??bikin galau nih..heloh hehe
BalasHapusNah, Loh...GALAU. Qiqiqiq
Hapusahhh mau coba kirim juga ahhhh
BalasHapusmak ini diterbitkan nya kapan?? kalau januari, kalau bisa emak terbitkan di Blognya bulan februari atau setelahnya. Karena kan UMMI majalan bulanan bukan harian. JAdi kalau udah gak beredar baru deh posting versi lengkap nya. CMIW ya
Makasih, mak Hana...udah diingetin. langsung saya draft dulu. skg udah februari. baru nge-publish lagi
HapusSelamat ya mbaak Nurul... hehehe begitulah romantika kehidupan. Full dramatis :)
BalasHapusyang baca tulisanku banyak yang manggut2. sama galau-nya *tsaaaaahh
HapusSelamat ya mba Nurul..awal yang baik di 2014
BalasHapusTerima kasih, mb Ety. karena semangatmu juga :)
Hapusselamat mbaak, AKu kemaren kok ngga ditelpon ya, cuma di email
BalasHapusaku sampek urusan foto juga di hubungi terus mak, mungkin karena hasil fotoku jelek. hihihi
HapusBerapa halaman ya, Mbak ? Pengen juga kirim tulisan :)
BalasHapusAulia
cuma 500 kata kok jeng, nggak sampek satu halaman
Hapuswah keren ini nyonya bambang ^_^
BalasHapusHihihi....curhatan seperti ini buat latihan nulis, pak. meski anggapan orang lain terkesan Lebayyy...:(
Hapus